Menyikapi kemelut KPK - Polri dengan bijak


Buaya sudah mundur, cicak jangan takabur

Akhir-akhir ini, kita selalu disuguhi dengan berita-berita tentang KPK - Polri dan Kejaksaan.Baik itu yang berhubungan langsung dengan kasus Bibit dan Chandra, maupun berita lain yang tidak berhubungan langsung, tapi masih terkait.



Kalau kita perhatikan, sebenarnya ini adalah masalah besar. Karena ini menyangkut kehidupan Bangsa dan Negara ini, juga menyangkut kehidupan masyarakat luas.
Mengapa saya katakan demikian..?

Karena, kalau kita perhatikan lagi, sebagian besar masyarakat sudah menganggap bahwa yang ‘buaya’ itu adalah lembaga kepolisian. Bukan sebagai oknum…!!!  Padahal yang membuat kekacauan adalah segelintir oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, yang dengan arogan, sombong….dan dengan memanfaatkan kekuasaannya, harta…membuat hukum dan peraturan jadi ‘tidak berdaya’.

Tidak ada badan, lembaga, institusi atau apapun yang lainnya…yang dalam tujuan, tugas dan fungsinya .., pasti selalu memihak kepada masyarakat, melindungi dan mengayomi. Apalagi lembaga-lembaga ‘penegakan hukum’, seperti Kepolisian, Kejaksaan, KPK dll., tentunya mempunyai tugas untuk menegakkan keadilan bagi masyarakat, memberikan perlindungan dan keamanan.

Memang, dalam setiap hal (baik itu dalam lingkup yang lebih kecil), selalu ada oknum yang memanfaatkan jabatan dan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya. Mereka memanfaatkan posisinya untuk mengeruk kekayaan, menindas orang lain dsb.
Dan untuk menegakkan citra sebagai lembaga yang bersih, para pemimpin harus membersihkan oknum2 yang seperti itu.., paling tidak berusaha untuk menguranginya. Karena dengan adanya oknum2 tersebut akan merusak citra dari lembaga tersebut.

Kasus Evan Brimob
Hmm.., kebetulan nih ada berita baru yang masih hangat. Sudah dengar tentang seorang ‘oknum’ polisi yang dengan arogan dan sombongnya menuliskan disitus jejaring social popular (facebook)

“ Polri gak butuh masyarakat, tapi masyarakat yang butuh Polri. Maju terus kepolisian Indonesia, telan hidup2 cicak kecil..”.

Lho.., kalau masyarakat butuh Polribenar.., maju terus Kepolisian Indonesia..benar. Kalau disambungkan menjadi kalimat yang diatas.., tentu saja sangat tidak benar.., sombong, angkuh…, ingin menunjukkan kearoganannya bahwa, tanpa ‘dia’ orang lain bukan apa-apa.
Dia.., walaupun tidak menuliskan,..merasa dirinya buaya, merasa dirinya mewakili seluruh Lembaga Kepolisian RI.(ceritanya baca disini)


Inilah tipe2 orang sombong yang baru mendapatkan jabatan sedikit, sudah merasa yang paling hebat. Anda itu siapa mas…, lho orang yang anda sebut masyarakat itu,…ada yang anaknya polisi.., ada yang kakaknya polisi ,…ada yang adiknya polisi dll.

Hal seperti ini harus diambil tindakan tegas dari pimpinan, paling tidak teguran  keras. Apalagi saat ini citra kepolisian sedang dinilai dan dipertaruhkan.

Sedikit renungan
Dan juga untuk teman2 lain perlu sedikit saya tambahkan. Jangan kita terjebak dengan istilah ‘cicak dan buaya itu’, sebagai KPK dan Polri.
Marilah kita berusaha untuk bijak bahwa ‘buaya’ itu adalah oknum seperti yang saya maksudkan diatas bukan Polri. Lembaga Kepolisian RI tentu saja adalah lembaga yang baik yang bertugas melindungi dan mengayomi masyarakat RI.

Mari kita jadikan cicak, tidak hanya sebagai :

- Cinta Indonesia Cinta KPK             , tapi juga sebagai
- Cinta Indonesia Cinta Kepolisian
- Cinta Indonesia Cinta Keadilan         dsb.


Disclaimer: gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami pada halaman ini.