Nabi Luth (atau Lot) telah diutus sebagai seorang nabi untuk memberi peringatan kepada umatnya yaitu, penduduk Sodom (bahasa Arab: سدوم Sadūm) dan Amora (bahasa Arab: عمورة ʿAmūrah) untuk memperbaiki tingkah laku mereka yang menyimpang. Kisah ini tertulis dalam surat Hud, yakni surat ke-11 dalam al-Quran;
makna utama dari surat Hud ialah cerita-cerita tentang para nabi yang
diutus untuk memberi peringatan dan petunjuk kepada umat mereka untuk
menyembah hanya kepada Allah, lalu kemudian Allah menghukum mereka karena keingkarannya.
Itu sepenggal cerita tentang Sodom dan Gomora, menggambarkan kisah dua kota yang namanya yang identik dengan dosa,
kemaksiatan, kemerosotan moral. Sodom dan Gomora. Selama
bertahun-tahun, cerita tentang apa yang menimpa mereka menjadi
perumpamaan tentang degradasi moral yang harus dibayar dengan harga
mahal.
Dan di zaman Romawi kuno ada juga kota yang 'hilang' seperti Sodom & Gomora, karena letusan gunung Vesuvius. Namanya Pompeii.
Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang
telah menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah
Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M.
Debu
letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya
sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun
sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu penggalian
kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci
mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi.
Saat ini kota Pompeii merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia
UNESCO.
Lokasi
Pompeii terletak pada koordinat 40° 45′ 2″ LU, 14° 29′ 23″ BT, sebelah
tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern Pompei saat ini. Kota
ini berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara di
hilir Sungai Sarno (zaman dulu bernama “Sarnus”). Saat ini daratan ini
agak jauh letaknya di daratan, namun dahulu merupakan daerah yang dekat
dengan pantai.
Pada abad pertama Masehi, Pompeii hanyalah salah satu dari sekian kota
yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini cukup besar
jumlah penduduknya yang menjadi makmur karena daerah pertaniannya
subur. Beberapa kelompok kota kecil di sekitar Pompeii seperti
Herculaneum juga menderita kerusakan atau kehancuran oleh tragedi
letusan Vesuvius.
Vesuvius mengubur kota Pompeii
Para penduduk Pompeii, seperti mereka yang hidup di daerah itu
sekarang, telah lama terbiasa dengan getaran kecil, namun pada 5
Februari 62 terjadi gempa bumi yang hebat yang menimbulkan kerusakan
yang cukup besar di sekitar teluk itu dan khususnya terhadap Pompeii.
Sebagian dari kerusakan itu masih belum diperbaiki ketika gunung berapi
itu meletus. Namun, ini mungkin merupakan sebuah gempa tektonik
daripada gempa yang disebabkan oleh meningkatnya magma yang terdapat di
dalam gunung berapi.
Sebuah gempa lainnya, yang lebih ringan, terjadi pada 64, peristiwa
ini dicatat oleh Suetonius dalam biografinya tentang Nero, dalam De
Vita Caesarum, dan oleh Tacitus dalam Buku XV dari Annales karena hal
ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan tampil dalam sebuah
pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah panggung umum. Suetonius
mencatat bahwa kaisar tidak memedulikan gempa itu dan terus bernyanyi
hingga selesai lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater itu
runtuh setelah orang-orang di dalamnya dievakuasi.
Penulis Plinius Muda menulis bahwa getaran bumi itu “tidaklah begitu menakutkan karena sering terjadi di Campania”.
Pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur mengering.
Getaran-getaran gempa ringan mulai terjadi pada 20 Agustus 79, dan
menjadi semakin sering pada empat hari berikutnya, namun
peringatan-peringatan itu tidak disadari orang, dan pada sore hari
tanggal 24 Agustus, sebuah letusan gunung berapi yang mematikan
terjadi. Ledakan itu merusakkan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan
daerah-daerah pemukimanlainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan
Vulcanalia, perayaan dewa api Romawi.
Lenyap selama 16 abad
Lapisan debu tebal menutupi dua buah kota yang lokasinya dekat dengan
kaki gunung Vesuvius, sehingga kedua kota ini menjadi hilang dan
terlupakan. Kemudian kota Herculaneum ditemukan kembali pada 1738, dan
Pompeii pada 1748. Kedua kota ini digali kembali dari lapisan debu
tebal dengan membebaskan semua bangunan-bangunan dan lukisan dinding
yang masih utuh. Sebenarnya, kota ini telah ditemukan kembali pada 1599
oleh seorang arsitek bernama Fontana yang menggali sebuah jalan baru
untuk sungai Sarno, namun membutuhkan lebih dari 150 tahun kemudian
barulah sebuah upaya/kampanye serius dilakukan untuk membebaskan kota
ini dari timbunan tanah.
Raja Charles VII dari dua Sisilia sangat tertarik dengan
temuan-temuan ini bahkan hingga ia diangkat menjadi raja Spanyol.
Giuseppe Fiorelli mengambil tanggung jawab ekskavasi pada 1860. Hingga
saat itu Pompeii dan Herculaneum dianggap telah hilang selamanya. Di
kemudian hari, Giuseppe Fiorelli adalah orang yang menyarankan
penggunaan teknik injeksi plester terhadap ruangan kosong dalam tubuh
korban Vesuvius yang sudah hancur untuk membentuk kembali permukaan
tubuh mereka secara sempurna.
Ada teori tanpa bukti yang menyatakan bahwa Fontana menemukan
beberapa fresko erotis selama penggalian yang dilakukannya, namun
karena norma-norma kesopanan yang amat kuat saat itu ia mengubur
fresko-fresko itu kembali. Hal ini diperkuat oleh laporan-laporan
penggalian oleh tim lain sesudahnya yang menyatakan bahwa daerah galian
tersebut menunjukkan suasana telah pernah digali dan dikuburkan kembali.
Forum (bangunan untuk keperluan sosial), pemandian, beberapa
rumah/gedung dan sejumlah villa telah dapat diselamatkan dengan baik.
Sebuah hotel (dengan luas 1000 meter persegi) ditemukan dekat dengan
lokasi kota. Hotel ini lalu dinamakan “Grand Hotel Murecine”.
Fakta menyatakan bahwa Pompeii merupakan satu-satunya situs kota
kuno di mana keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan
pasti tanpa memerlukan modifikasi atau penambahan. Kota ini tidak
dibagi sesuai dengan pola-pola kota Romawi pada umumnya dikarenakan
permukaan tanah yang tidak datar (kota ini berada di kaki gunung).
Namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola pada tradisi
murni Romawi kuno, permukaan jalan terdiri dari batu-batu poligon dan
memiliki bangunan-bangunan rumah dan toko-toko di kedua sisi jalan,
mengikuti decumanus dan cardusnya. Decumanus adalah jalan-jalan yang
merentang dari timur ke barat, sementara cardus merentang dari utara ke
selatan.
Mengulang Sejarah Kaum Sodom dan Gomorah (Kaum Nabi Luth)?
Pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini
tentunya bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota
tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota
tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau
prostitusi. Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak
diketahui. Organ-organ kemaluan pria dengan ukurannya yang asli
digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi
ini, yang berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan
hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat
tersembunyi, akan tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka.
Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari
peta bumi dalam waktu sekejap. Yang paling menarik dari peristiwa ini
adalah tak seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan
Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota
tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat sekejap
tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad dari satu keluarga
yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut.
Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada
posisi sedang melakukan persetubuhan.
Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang
berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama
jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih
ABG. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang
terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut
muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang
terjadi datang secara tiba-tiba dalam sekejab.
Beberapa gambar jasad-jasad tubuh penduduk Pompeii yang terawetkan secara alami
Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii mirip dengan
peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Alqur’an tentang penghancuran peradaban kaum Nabi Luth/loth yaitu Kaum Sodom dan
Gomorah.
Masyarakat Sadum atau Sodom adalah masyarakat yang rendah tingkat
moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai
kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam
pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik orang lain
merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat berkuasa, sedang yang
lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat
yang paling menonjol yang menjadi ciri khas dan budaya hidup mereka
adalah perbuatan homoseks di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan
wanitanya.
Seorang pendatang yang masuk ke Sodom tidak akan selamat dari
gangguan mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga, barangnya
akan dirampas. Bila ia melawan atau menolak menyerahkannya maka
nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang
lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok, maka ia akan menjadi
rebutan mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya.
Sebaliknya bila si pendatang itu seorang perempuan muda maka dia
menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
catatan : Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12
surah diantaranya: Surat Al Anbiyaa’ ayat 74 dan 75, Surat Asy
Syu’araa’ ayat 160 – 175, Surat Hud ayat 77 -83, Surat Al Qamar ayat 33
– 39 dan Surat At Tahrim ayat 10.
thanks,
wah,..merinding ane bacanya
BalasHapusnaudzubillahi min dzaalik
thanks gan untuk share-an nya
dapa juga gambar jasadnya. tadi baru jalan2 ke blog dengan pembahasan sejenis. thanks for share... tapi baru denger ttg kota ini, awalnya cuma tahu sodom sama Gomora.. :)
BalasHapus