Pantas saja si pemburu harta karun Michael Hatcher senang melakukan perburuan di Indonesia. Dari data Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP) Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), ada 493 situs arkeologi bawah laut di Indonesia.
“Ada 493, menurut maping yang ada,” ujar Dirjen PSDKP KKP Aji Sularso dalam jumpa pers di kantornya, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Kamis (29/4/2010).
Dari 493 ini, kurang dari 10 persennya yang sudah dieksplorasi. Maklum, dana untuk survei dan mengangkat muatan kapal ini tidak sedikit. Apalagi jika terjebak dalam lumpur di dasar laut.
“Bisa jutaan dolar,” terang Aji.
Namun Aji menjelaskan tidak semua kapal tersebut masih berisi harta karun. Kadang kapalnya masih ada, tapi muatannya sudah tidak ada.
“Penjarahan itu banyak terjadi di Selat Glasa, di sekitar perairan Bangka Belitung,” ungkapnya.
Michael ‘Mike’ Hatcher lahir di York, Inggris, tahun 1940. Hidup masa kecilnya kurang beruntung. Dia menetap di sebuah panti asuhan. Pada umur 14 tahun, dia hijrah ke Australia. Perburuan muatan kapal karam dimulai tahun 1970 dengan sebuah yacht tua yang direnovasi.
Pada 1981 berhasil mengangkat isi kapal tenggelam di Malaysia, tahun 1985 di Tanjung Pinang Indonesia, dan tahun 1998 di Indonesia. Di dunia internasional dia dijuluki ‘The Wreck Salvage King’ (Raja Penyelamat Kapal Karam).
Saat berhasil mengangkat kapal Geldermasen milik VOC di Karang Heliputan, Tanjung Pinang, tahun 1985-1986, Hatcher mendapatkan 126 emas batangan dan 160 ribu benda keramik dinasti Ming dan Ching. Nilainya tidak kurang dari US$ 15 juta saat itu.
Lalu Hetcher mengangkat Kapal Tek Sing di Perairan Kepulauan Bangka, Sumatera Selatan tahun 1999 lalu. Nilainya Rp 500 miliar. Kini Hatcher diduga muncul kembali di perairan Blanakan, Subang. Jika Hatcher berhasil mengangkat harta karun dari Subang, maka ini akan menjadi rekor selama karirnya. Diperkirakan porselen dinasti Ming yang tenggelam di sana tidak kurang dari US$ 200 juta.
Sumber: kompas.com