Melihat ikan2 berenang kian kemari di akuarium memang sangat menyenangkan. Apalagi jika ikan yang ada penuh dengan warna-warni seperti ikan laut.
Tapi, tahukah anda bahwa sekarang ada teknologi untuk menyatukan ikan air tawar dengan ikan air laut dalam satu akuarium ?
'Wah
ini kabar baik, pasti banyak orang yang suka,' kata Prof Dr Gumilar
Rusliwa Soemantri, rektor Universitas Indonesia. Sebagai pencinta koi
Gumilar mafhum ikan hias tawar dan laut berbeda habitat. Jika bisa hidup
berdampingan jelas luar biasa. Bima Saksono, eksportir ikan hias di
Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pun tak pernah mendengar keduanya bisa
hidup bersama di satu akuarium.
Keajaiban'
itu dihadirkan di Aquarama 2009 oleh produsen pakan dan aksesori
akuarium GEX Corporation asal Osaka, Jepang. Di stannya, GEX memajang
kotak kaca berukuran 100 cm x 80 cm x 60 cm yang dihuni aneka ikan hias
laut dan tawar.
Segerombol
ikan badut dan seekor kuda laut Hippocampus sp berseliweran di antara
tiga ryukin dan seekor ranchu yang asyik berenang ria di antara koral
artifisial bercorak merah dan tanaman air. Sementara ikan hias tawar
lain: gurami hias, platy, dan beberapa ekor guppy hilir mudik di dinding
belakang akuarium.
Pemandangan
kontras seperti ini tak pelak membuat puluhan pengunjung dan peserta
pameran Aquarama 2009 dari berbagai negara silih berganti melongok isi
akuarium itu. Singkat kata tak ada ucapan lain yang keluar dari mulut
mereka selain kalimat 'luar biasa'. Menurut Mulyadi, ahli kawin suntik
ikan hias di Bandung, Jawa Barat, yang ditampilkan stan GEX itu memang
anomali. Wajar stan itu menjadi bintang di Aquarama 2009.
Terobosan
ini selangkah lebih maju dibandingkan inovasi serupa pada Aquarama
2007. Ketika itu stan H2O Aquarium dari Singapura juga menampilkan ikan
hias laut dan tawar di satu akuarium. Namun, sesungguhnya mereka tetap
hidup di dua akuarium berbeda. Pada akuarium laut berukuran 3 m x 1 m
itu dibenamkan 3 buah akuarium air tawar. Sepintas ikan laut dan tawar
seperti berenang bersama saat dilihat dari bagian depan akuarium.
Dokumen 1971
Menurut
Yuichiro Miyauchi, staf GEX, kunci teknologi penggabungan dua jenis
ikan hias berbeda habitat itu adalah marine treatment yang dikembangkan
oleh Yamamoto Toshimasa, dosen dari Okayama University of Science
Specialized Training College. Produk itu berupa bubuk putih yang bisa
meningkatkan kadar elektrolit pada air tawar. Elektrolit merupakan zat
yang mudah terurai dalam bentuk ion-ion. Salah satu ikatan elektrolit
yang terkenal adalah NaCl alias garam.
Miyauchi
tak bersedia mengungkapkan duduk perkara bagaimana senyawa dalam bubuk
tadi bekerja. Namun, saat Trubus mencoba mencicipi sedikit air akuarium
yang diberi oksigen terlarut melalui aerator, terasa agak asin alias
payau. Data lain yang bisa terungkap adalah pengaruh pemberian marine
treatment yang tertuang di selembar kertas dan ditempel di sisi
akuarium. Di sana tertulis: bubuk putih, 2 unsur mineral dalam satu
boks, pH 7,2 - 7,6, salinitas 7 - 9 ppm, suhu 25?C, dan tidak beracun.
Yang
tampak kasat mata, akuarium itu memakai chiller - pendingin--yang
suhunya disetel 25?C dan filter biologis. Tak tampak protein skimmer,
pengurai amoniak pada kondisi air asin. Sebab itu Takehito Morimoto,
staf lain, menyebutkan air perlu diganti setiap 2 minggu. Kesan
misterius itu belakangan menjadi gunjingan ramai di berbagai blog
pengunjung pasca - Aquarama 2009. Contoh Benny Ng asal Singapura. Di
blognya Benny memajang foto akuarium itu dan menyisip komentar,
'Bagaimana caranya?'.
Penelusuran
Trubus menemukan fakta mengejutkan. Penyatuan ikan hias laut dan tawar
dalam satu akuarium bukan hal baru. Setidaknya itu tampak dari berkas
dokumen hak paten yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat dengan
nomor paten 3683855 pada 1971 atas nama Tronic Product Inc asal negara
bagian New Jersey. Di sana diuraikan langkah-langkah pembuatan larutan
yang mampu membuat ikan berbeda habitat itu nyaman hidup bersama.
Larutan
itu adalah senyawa organik yang terdiri dari bahan etilen glikol dan
propilen glikol. Etilen glikol dikenal sebagai cairan tak berwarna, tak
berbau, dan berasa manis serta larut dalam air. Senyawa itu merupakan
bahan baku utama industri tekstil, cat, kanvas rem, sampai bahan
antibeku. Propilen adalah hasil samping dari pembuatan sabun dan lilin.
Ia muncul sebagai reaksi dengan asam lemak dan minyak.
Larutan
itu yang dicampurkan dengan campuran air laut dan tawar pada salinitas
12 - 14 ppm. Untuk mendapatkan derajat keasaman sekitar 7,2 - 7,6
seperti terjadi pada akuarium GEX, larutan diberi tambahan 0,75 - 1,5 g
garam silikat metal. Silikat metal terdiri atas unsur sodium dan kalium.
Selanjutnya
apa yang terjadi di tubuh ikan? Sejatinya cairan dalam tubuh ikan tawar
dan laut memiliki salinitas hampir sama meski konsentrasi garam di
habitat masing-masing berbeda. Salinitas cairan dalam tubuh ikan laut
sekitar 2/5 ppm dari salinitas laut sebesar 33 ppm; ikan tawar 1/5. Agar
keseimbangan tekanan terjaga, mekanisme osmosis bekerja di tubuh ikan.
Intinya ikan akan mengatur keluar-masuk air di tubuh. Dengan alasan itu
pula larutan yang disebut di atas memiliki konsentrasi garam sesuai
kisaran salinitas cairan tubuh kedua ikan berbeda habitat, antara 1/5 -
2/5 ppm.
Adaptasi
Menurut
Prof Dr Suharsono ikan tawar dan laut dapat dipelihara pada satu
tempat. 'Pada ikan laut ini bisa dilakukan pada ikanikan estuarin,' kata
kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI di Ancol, Jakarta Utara.
Estuarin merujuk pada ikan-ikan yang hidup di muara sungai. Di sana
salinitas lebih kecil sekitar 12 ppm. Di laut salinitas mencapai 33 ppm.
Sebab
itu ikan muara seperti bandeng Chanos chanos, ketang-ketang
Ogcocephalus radiatus, atau salmon tak sulit hidup meski mereka harus
berada di lingkungan dengan salinitas berbeda. 'Sistem osmoregulasi
mereka sudah berkembang baik. Jadi kalau disatukan dalam kondisi payau
bersama ikan tawar, ikan estuarin lebih tahan, bahkan tanpa proses
aklimatisasi,' kata doktor bidang ekologi koral dari Departemen Biologi
Universitas Newcastle Upon Tyne di Inggris itu.
Namun,
pada kasus clown fish dan kuda laut yang dipelihara bersama-sama ikan
hias tawar seperti disaksikan di stan GEX kondisinya agak berbeda.
Berbeda karena ikan badut dan kuda laut itu murni hidup di laut, sekitar
terumbu karang. Tanpa proses adaptasi sulit rasanya bagi kedua ikan itu
hidup di kondisi payau. 'Perubahan salinitas sampai di bawah 26 ppm
dapat membuat ikan laut sejati mati,' kata Suharsono. Satu-satunya cara
menggunakan ikan laut sejati hasil budidaya. Mereka lebih adaptif karena
telah dikondisikan pada salinitas lebih rendah.
Hal
senada disampaikan oleh Dra Kadek Ari yang berhasil membiakkan clown
fish dan kuda laut di luar habitat asli pada 2008. 'Yang bisa hidup
pasti ikan hias laut hasil budidaya,' kata peneliti Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung itu. Foto di stan GEX yang
dikirim padanya mengungkapkan hal ini. 'Dari warna tubuh clown fish,
jelas ini hasil budidaya. Warna ikan lebih muda. Ciri lain ikan terlihat
akur bergerombol. Di alam tidak seperti itu,' katanya.
Malah
Kadek seperti mengenali ikan badut di akuarium GEX itu. Maklum setelah
sukses menangkarkan, Kadek sering mengirimkan ikan badut dan kuda laut
ke Jepang. Boleh jadi itu alasan mengapa hanya ikan hias laut clown fish
dan kuda laut yang ditampilkan di akuarium GEX. Kedua ikan hias laut
itu sudah berhasil dibudidayakan.
Pada
ikan hias tawar tak perlu memakai hasil penangkaran. 'Ikan tawar
sebetulnya malah nyaman berada di kondisi payau karena salinitas
tubuhnya mendekati salinitas lingkungan,' ujar Melta Rini Fahmi SPi,
MSi, peneliti Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Depok, Jawa
Barat. Artinya ikan hias tawar hanya cukup diaklimatisasi agar bisa
hidup di kondisi sedikit payau.
Peluang
Kehadiran
teknologi penggabungan ikan hias laut dan tawar itu cukup diminati
hobiis. Grigorius Tam dari Yunani, misalnya, berharap dapat membeli
produk marine treatment sesudah resmi dilepas di pasaran oleh GEX pada
Agustus 2009. Grigorius ingin mencoba sekadar bersenang-senang. 'Saya
punya sebuah akuarium laut di rumah,' kata pemilik toko perlengkapan
ikan hias di Akrapolis itu.
Menurut
Jemmy Gunawan di sentra ikan hias Jalan Kartini, Jakarta, teknologi ini
memang berpeluang besar disukai hobiis. Pemilik gerai KDC itu merujuk
saat ia bereksperimen menggabungkan ikan hias laut seperti balong,
kepe-kepe, dan giro pasir, bersama tiga maskoki tossa di akuarium
berukuran 60 cm x 30 cm x 20 cm pada 2007. Ini untuk pajangan di
tokonya. Hasilnya? Gerai milik Jemmy dibanjiri pengunjung. 'Mereka
senang melihatnya, tapi begitu tahu harga filter yang dipakai sampai
Rp80-juta, mereka mundur,' katanya.
Syarat
harga terjangkau diungkapkan oleh Gumilar. 'Hasil teknologi baru itu
akan cepat diterima hobiis bila murah dan ramah lingkungan,' ujar
Gumilar. Pun Cecep Hidayat dari Firda Aquarium di sentra ikan hias Jalan
Sumenep, Jakarta Pusat, 'Kalau harganya murah pasti diminta,' ujarnya.
Toh, inovasi yang ditampilkan oleh stan GEX membuka wawasan bahwa tak
ada yang tak mungkin dicoba. Melihat mas koki dan ikan badut berenang
bersama di satu akuarium sangat menyenangkan.
0 Response to "Menyatukan Ikan Air Tawar dan Laut Dalam Satu Aquarium"
Posting Komentar
Terimakasih telah memberikan komentar disini.