Istana Kepresidenan Jakarta terdiri dari dua bangunan istana, yaitu
Istana Merdeka yang menghadap ke Monas, dan Istana Negara, yang
menghadap ke Sungai Ciliwung, Jl. Veteran, selain itu terdapat pula
bangunan lain dalam lingkungan Istana Jakarta, yaitu Kantor Presiden,
Wisma Negara, Masjid Baiturrahim, dan Museum Istana Kepresidenan serta
halaman yang ditumbuhi oleh pepohonan besar dan tua, yang berdaun
rindang dan berakar berjuntai, serta berkat rerumputannya yang
menghampar laksana permadani hijau, Istana Jakarta tampak teduh dan
asri.
Istana Kepresidenan Jakarta fungsinya lebih difokuskan kepada kegiatan resmi kepresidenan, selain sebagai kantor Presiden Republik Indonesia juga sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, pelatikan pejabat-pejabat tinggi negara, pelantikan perwira muda TNI, penerimaan tamu-tamu negara, penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat nasional dan internasional, dan sebagai tempat memperingati Detik-Detik Proklamasi pada setiap tanggal 17 Agustus.
Istana Kepresidenan Jakarta fungsinya lebih difokuskan kepada kegiatan resmi kepresidenan, selain sebagai kantor Presiden Republik Indonesia juga sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, pelatikan pejabat-pejabat tinggi negara, pelantikan perwira muda TNI, penerimaan tamu-tamu negara, penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat nasional dan internasional, dan sebagai tempat memperingati Detik-Detik Proklamasi pada setiap tanggal 17 Agustus.
Istana Negara.
Istana ini banyak mencatat peristiwa, diantaranya : Jenderal de Kock
menguraikan rencananya untuk menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro
dan merumuskan strateginya dalam menghadapi Tuanku Imam Bonjol kepada
Gubernur Jenderal Baron van der Capellen, dan Gubernur Jenderal Johannes
van de Bosch menetapkan sistem tanam paksa (cultuurstelsel).
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pada tanggal 25 Maret 1947,
di gedung ini pula terjadi penandatanganan naskah Persetujuan
Linggarjati, pihak Indonesia diwakili oleh Sultan Sjahrir dan pihak
Belanda oleh Dr. Van Mook.
Istana Merdeka
Istana Merdeka dibangun pada tahun 1879, istanan ini banyak mencatat
peristiwa luar biasa dalam kehidupan pemerintahan Indonesia sehingga
istana ini lebih banyak mendapat keistimewaan di hati rakyat Indonesia.
Salah satunya adalah riwayat tentang nama istana itu sendiri, nama yang
menggunakan kata merdeka. Kata Merdeka bukan tiada atau hampa arti, kata
merdeka laksana bara asa bagi pertanda terlepasnya belenggu penjajahan
di bumi Indonesia seraya menjadi bangsa yang berdaulat.
Pada tanggal 27 Desember 1949, di Istana Merdeka terjadi peristiwa
tentang pengakuan atas kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh
Kerajaan Belanda melalui serangkaian upacara resmi yang dilaksanakan
dalam waktu yang sama, baik di Belanda (Amsterdam pukul 10.00 waktu
setempat) maupun di Indonesia (Jakarta dan Yogyakarta waktu pukul 16.00
waktu setempat). Pada hari itu di berbagai tempat dan penjuru tanah air,
ratusan ribu pesawat radio menanti siaran dari Jakarta yang membawa
berita luar biasa itu. Serta merta terdengar berita upacara
penandatanganan dan penyerahan naskah tentang pengakuan atas kedaulatan
Republik Indonesia Serikat itu.
Dengan waktu bersamaan bendera Merah Putih berkibar di depan Istana
Merdeka sebagai pengganti bendera Belanda, lagu Indonesia Raya
berkumandang, dan pekikan “Merdeka, merdeka, merdeka”, yang menggema di
seluruh pelosok tanah air, itu sebabnya istana bernama Istana Merdeka.
Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pertama
kali diadakan pada tahun 1950 tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka.
thanks,
0 Response to "Istana Negara & Istana Merdeka"
Posting Komentar
Terimakasih telah memberikan komentar disini.