Dalam
rentang ribuan tahun, Indonesia tercatat mengalami lima kali erupsi
gunung berapi yang sangat dahsyat, yang akibatnya tak hanya dirasakan
oleh penduduk di sekitar gunung itu, tapi juga oleh seluruh masyarakat
Indonesia dan sebagian besar penduduk dunia. Ini terjadi karena
Indonesia berada pada posisi pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.
Dari pertemuan tiga lempeng tersebut, 80% wilayah Indonesia berada di
Lempeng Eurasia. Wilayah ini meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, dan Banda.
Inilah lima erupsi gunung berapi paling dahsyat di Indonesia.
Tiga Letusan Gunung Toba
Gunung ini merupakan sebuah supervolcano, sama seperti Yellowstones di Amerika Serikat. Data menyebutkan, Toba telah tiga kali meletus. Pertama pada sekitar 800.000 tahun lalu yang menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, yang meliputi daerah Prapat dan Porsea. Kedua pada 500.000 tahun lalu yang membentuk membentuk kaldera di utara Danau Toba, tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dan ketiga yang merupakan letusan paling dahsyat, sekitar 74.000 tahun lalu, dan menghasilkan kaldera baru yang saat ini kita kenal dengan nama Danau Toba dengan Pulau Samosir di tengahnya.
Gunung Toba digolongkan Supervolcano karena memiliki kantong magma yang sangat besar, sehingga jika meletus akan menghasilkan kaldera yang sangat besar, mencapai puluhan kilometer. Berbeda dengan gunung api biasa yang hanya melahirkan kaldera berukuran ratusan meter jika meletus.
Indikasi bahwa Toba meletus dengan sangat dahsyat diketahui berdasarkan penemuan debu riolit (rhyolite) yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan di India Tengah. Selain itu, sejumlah ahli kelautan juga melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Benggala. Hingga kini Toba masih aktif.
Letusan Tambora pada pada 1815
Gunung Tambora di Pulau Sumbawa (masyarakat setempat menyebutnya Gunung Tamboro) berdiri kokoh di dua kabupaten, yakni Kabupaten Dompu dan Bima. Gunung ini memiliki ketinggian 4.300 meter dari permukaan laut (dpl), dan sebelum meletus merupakan gunung tertinggi di Nusantara.
Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya dan merupakan sebuah stratovulcano aktif. Ketika meletus pada April 1815, ledakannya mencapai skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Suara gelegar letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatera yang berjarak lebih dari 2.000 km, dan abu vulkaniknya tak hanya jatuh di Pulau Sumbawa, tapi juga di Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku. Debu, awan panas, dan guncangannya melenyapkan hampir semua desa di kaki gunung itu, dan sedikitnya 12.000 orang tewas.
Yang lebih dahsyat, abu vulkanik yang dimuntahkannya menutupi langit, sehingga Matahari tak dapat menyinari Bumi, dan iklim dunia berubah. Hingga 1816, benua Eropa dan Amerika Utara tidak merasakan hangatnya sinar matahari, sehingga tahun itu dijuluki sebagai Tahun Tanpa Musim Panas. Panen pun gagal, dan di belahan bumi utara, ternak-ternak banyak yang mati. Bencana kelaparan terjadi dimana-mana, dan dianggap yang terburuk pada abad 19.
Ketika tim arkeologi menggali lokasi di sekitar Tambora pada 2004, pada kedalaman 3 meter ditemukan bekas-bekas kehidupan. Mirip dengan apa yang ditemukan tim arkeolog ketika menggali kota Pompeii yang dikubur letusun Gunung Vesivius pada 78 SM. Itu sebabnya penemuan di sekitar Tambora sering disebut sebagai Pompeii dari Timur.
Letusan Krakatau Pada 1883
Krakatau merupakan sebuah kepulauan vulkanik aktif di Selat Sunda, antara pulau Jawa dan Sumatera. Pada 26-27 Agustus 1883, gunung ini meletus dengan sangat dahsyat dengan tak hanya memuntahkan abu vulkanik, namun juga awan panas yang mampu menyebarangi Selat Sunda, dan memicu terjadinya tsunami paling hebat di Samudera Hindia. Sekitar 36.417 orang yang bermukim di 295 kampung di sepanjang pantai Pulau Sumatera dan Jawa, dari Merak (Serang) hingga Cilamaya (Karawang); dari pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon); dan di sepanjang pesisir Sumatera bagian selatan, tewas. Di Ujungkulon, air bah masuk hingga 15 km ke arah barat. Sehari setelah gunung itu meletus hingga beberapa hari selanjutnya, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7.000 km.
Suara ledakan gunung ini terdengar hingga Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika yang berjarak 4.653 km dari Selat Sunda. Daya ledak gunung ini diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II. Letusan gunung ini juga menyebabkan perubahan iklim global, karena abu vulkanisnya menutupi langit, dan menyebar hingga Norwegia dan New York, sehingga sinar Matahari tak mampu menyentuh bumi dan dunia gelap selama dua setengah hari. Bahkan hingga 1884, Matahari hanya mampu bersinar dengan redup. Letusan ini juga membuat tiga perempat tubuh Krakatau hancur, dan yang tersisa hanya sebuah kaldera (kawah besar).
thanks,
0 Response to "3 Gunung di Indonesia dengan Letusan Super Dahsyat"
Posting Komentar
Terimakasih telah memberikan komentar disini.